ANALISIS TANTANGAN PENDIDIKAN KHUSUSNYA DIBIDANG ADMINISTRASI
PERKANTORAN DI ERA DISTRUPSI TEKNOLOGI
Negara kita, Indonesia digadang-gadang pada ulangtahunnya
yang ke 100 nanti menjadi negara adidaya dan mampu bersanding dengan negara
Amerika maupun Uni Eropa. Itu berarti, kurang lebih 30 tahun lagi, Sumber Daya
Manusia maupun alamnya harus disiapkan dengan baik agar menghasilkan output
yang luar biasa dan mumpuni.
Berbicara tentang tantangan pendidikan, tentunya kita tidak
akan terlepas dari yang namanya kemajuan teknologi. Dewasa ini, perkembangan teknologi
dan informasi yang berkembang dengan pesat memaksa manusia untuk terus bergerak
dan mengikuti perkembangan iptek agar terus eksis.
Perkembangan teknologi dan informasi ini merupakan
keuntungan sekaligus tantangan bagi generasi penerus bangsa khususnya mahasiswa
sebagai the agent of change. Kita bisa melihat akibat adanya teknologi yang
semakin canggih diabad 20 ini. Segala sesuatu yang tadinya dilakukan dengan
tenaga manusia perlahan-lahan mulai digantikan dengan robot atau mesin, traksaksi
yang tadinya harus dilakukan secara face
to face kini bisa dilakukan secara online,
dan banyak contoh kasus-kasus yang lain yang terjadi disekitar kita juga
merupakan dampak dari adanya kecanggihan teknologi.
Bicara tentang dunia pendidikan, di Indonesia kini sedang
ramai diperbincangkan MOOCs yaitu Massive Open Online Class yang mulai di
tarapkan dibeberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Jika dilihat
dari sudut pandang yang benar, MOOCs ini berdampak positive bagi universitas
maupun para calon mahasiswanya. Karena sistem pembelajaran online ini dapat
menghemat waktu untuk belajar-mengajar, memperluas sumber belajar karena sistem
online, paperless, semakin banyak waktu luang yang bisa dosen manfaatkan untuk
penelitian, dan lain-lain.
Cepat atau lambat sistem MOOCs ini akan menjamur dan menyingkirkan
universitas yang tidak mau membuka diri bagi perkembangan iptek. Apalagi banyak
universitas peringkat dunia akan mulai menggunakan MOOCs yang berarti bukan
hanya masyarakat negara tertentu saja yang bisa mengakses ilmu namun masyarakat
dunia yang akan menjadi konsumen targetnya.
Pada dasarnya, tantangan bagi masyarakat sekarang ini adalah
kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat. Apalagi sebagai mahasiswa
program studi pendidikan administrasi perkantoran, kita tahu bahwa banyak
alat-alat atau mesin yang mulai tidak digunakna lagi karena sudah kalah dengan
kecanggihan teknologi. Contoh yang paling sering kita bicarakan adalah
komputer. Dulu komputer memerluakan tempat yang luas dan butuh aliran listrik
yang banyak agar bisa menyala, sekarang sudah digantikan posisinya dengan
laptop yang felsibel, mudah dibawa kemanapun, lebih hemat listrik dan cepat dalam
pemrosesannya. Selain tidak digunakannya komputer, pada dunia pendidikan kini cenderung serba digital. Sebut saja e-learning yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja dan oleh siapa saja, ada juga e-book yang memudahkan dalam pencarian data tapi membutuhkan ruang penyimpanan digital yang besar juga (big data).
Selain teknologi, kemampuan bahasa asing harus dilatih
karena daya saing tidak lagi secara lokal tapi sudah internasional, dan gagap teknologi
bukanlah sesuatu yang akan dimaklumi dimasa yang akan datang, karena kita
dituntut untuk terus belajar dan belajar. Berikut ini adalah hal-hal yang harus
disiapkan para generasi muda untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang
:
1.
Expertise in field of study
2.
Commmunication skills
3.
Technology skills
4.
Critical thinking
5.
Enderstanding of international issues
6.
Foreign language fluency
7.
Environmental dan social issues
8.
Overall job readiness
Dengan terus mengasah kemampuan berbahasa dan belajar
teknologi, akan membuat kita mampu bertahan untuk menghadapi persaingan secara
global. Ditambah dengan terus membaca berita uptodate, dan berpikir kritis
tentu akan menjadi nilai plus kita untuk masuk kedunia kerja.
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, kita sebagai
mahasiswa administrasi perkantoran juga harus memiliki 5 dasar sifat mahasiswa
unggul agar dapat bersaing dengan mahasiswa lain dari segala penjuru dunia. 5
dasar itu diantaranya adalah :
1.
Daya tahan (resilience) di tengah
ketidakpastian, iklim persaingan, dan berbagai guncangan dalam perekonomian,
benturan kebudayaan, serta adanya disruptive innovation, maka mahasiswa harus
memiliki kemampuan untuk bertahan hidup, survival, tidak mudah menyerah dan
frustrasi menghadapi berbagai keadaan.
2.
Adaptivity. Mahasiswa harus mampu melakukan
adaptasi atau menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik
di level domestik maupun internasional, sehingga tidak teralienasi dan
terpinggirkan dalam kehidupan. Membiasakan mahasiswa dengan hal-hal baru dan
memberikan tantangan baru dalam soal ujian akan mendorong daya adaptasi mereka.
3.
Integrity. Mahasiswa harus memegang teguh
integritas pribadi dan profesional, seperti kejujuran, toleransi,
gotong-royong, tolong-menolong, Perguruan tinggi dan mahasiswa dituntut untuk
aktif mempersiapkan diri menghadapi perubahan lingkungan.mematuhi kaidah
ilmiah, dan profesional. Kebijakan memberikan sanksi yang tegas untuk setiap
pelanggaran aturan dan penegakan hukum dengan tegas akan menjadikan mahasiswa
menjadi pribadi berintegritas. Salah satu contoh, hukuman mencontek tidak hanya
membuat satu mata kuliah tidak lulus, tetapi seluruh mata kuliah yang diambil
dalam satu semester; hukuman ini akan memberi efek jera terhadap mahasiswa.
4.
Competency. Mahasiswa harus memiliki kompetensi
dan kualifikasi dalam bidang yang digeluti serta mampu memahami perkembangan
bidang lain sehingga tidak berpandangan sempit. Kebijakan memberikan
keleluasaan/mewajibkan mahasiswa mengambil mata kuliah di bidang lain merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi bidang dan pengetahuan lintas
bidang.
5.
Continuous improvement. Mahasiswa harus menjadi
pembelajar sejati untuk terus melakukan perbaikan dalam bidang yang ditekuni.
Tantangan distruptive ini bukan hanya menjadi enyerang untuk
kaum mahasiswa akan tetapi bagi dosen, universitas, masyarakat pada umumnya
maupun pemerintah.
Karena kemenristek mentargetkan 11 Perguruan Tinggi di
Indonesia yang telah ditunjuk agar menjadi World Class University, maka hal ini
juga merupakan tantangan bagi dosen. Karena dosen-dosen di Indonesia dinilai
kurang mampu mneghasilkan publikasi jurnal international dengan high impact factor.
Dengan adanya kemajuan dibidang teknologi ini diharapkan Dosen ammpu meminimalisir
waktu mengajarnya kemudian digunakan untuk penelitian. Karena ketidakmajuan
dari Perguruan Tinggi di Indonesia ini salah satu faktor yang melatarbelakanginya
adalah Pendidikan di Indonesia ini berupa pengajaran bukan penelitian.
Ada lagi faktor yang menjadikan masyarakat indonesia ini
terus saja stuck dibawah karena tidak menerapkan multidisiplin, interdisiplin,
dan transdisiplin khususnya dalam belajar. Selain itu, tidak menerapkan Liberal
arts education atau general education yaitu, menanamkan sikap tidak mudah
menyerah dalam menghadapi perubahan distruptif, dan menekankan adanya ide baru
atau inovasi untuk mengubah aturan dunia serta tidak mengkotak-kotakkan ras
manusia. Karena ilmu adalah hak bagi seluruh manusia.