Jumat, 20 April 2018

Tantangan Pendidikan

ANALISIS TANTANGAN PENDIDIKAN KHUSUSNYA DIBIDANG ADMINISTRASI PERKANTORAN DI ERA DISTRUPSI TEKNOLOGI

Negara kita, Indonesia digadang-gadang pada ulangtahunnya yang ke 100 nanti menjadi negara adidaya dan mampu bersanding dengan negara Amerika maupun Uni Eropa. Itu berarti, kurang lebih 30 tahun lagi, Sumber Daya Manusia maupun alamnya harus disiapkan dengan baik agar menghasilkan output yang luar biasa dan mumpuni.
Berbicara tentang tantangan pendidikan, tentunya kita tidak akan terlepas dari yang namanya kemajuan teknologi. Dewasa ini, perkembangan teknologi dan informasi yang berkembang dengan pesat memaksa manusia untuk terus bergerak dan mengikuti perkembangan iptek agar terus eksis.
Perkembangan teknologi dan informasi ini merupakan keuntungan sekaligus tantangan bagi generasi penerus bangsa khususnya mahasiswa sebagai the agent of change. Kita bisa melihat akibat adanya teknologi yang semakin canggih diabad 20 ini. Segala sesuatu yang tadinya dilakukan dengan tenaga manusia perlahan-lahan mulai digantikan dengan robot atau mesin, traksaksi yang tadinya harus dilakukan secara face to face kini bisa dilakukan secara online, dan banyak contoh kasus-kasus yang lain yang terjadi disekitar kita juga merupakan dampak dari adanya kecanggihan teknologi.
Bicara tentang dunia pendidikan, di Indonesia kini sedang ramai diperbincangkan MOOCs yaitu Massive Open Online Class yang mulai di tarapkan dibeberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Jika dilihat dari sudut pandang yang benar, MOOCs ini berdampak positive bagi universitas maupun para calon mahasiswanya. Karena sistem pembelajaran online ini dapat menghemat waktu untuk belajar-mengajar, memperluas sumber belajar karena sistem online, paperless, semakin banyak waktu luang yang bisa dosen manfaatkan untuk penelitian, dan lain-lain.
Cepat atau lambat sistem MOOCs ini akan menjamur dan menyingkirkan universitas yang tidak mau membuka diri bagi perkembangan iptek. Apalagi banyak universitas peringkat dunia akan mulai menggunakan MOOCs yang berarti bukan hanya masyarakat negara tertentu saja yang bisa mengakses ilmu namun masyarakat dunia yang akan menjadi konsumen targetnya.
Pada dasarnya, tantangan bagi masyarakat sekarang ini adalah kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat. Apalagi sebagai mahasiswa program studi pendidikan administrasi perkantoran, kita tahu bahwa banyak alat-alat atau mesin yang mulai tidak digunakna lagi karena sudah kalah dengan kecanggihan teknologi. Contoh yang paling sering kita bicarakan adalah komputer. Dulu komputer memerluakan tempat yang luas dan butuh aliran listrik yang banyak agar bisa menyala, sekarang sudah digantikan posisinya dengan laptop yang felsibel, mudah dibawa kemanapun, lebih hemat listrik dan cepat dalam pemrosesannya. Selain tidak digunakannya komputer, pada dunia pendidikan kini cenderung serba digital. Sebut saja e-learning yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja dan oleh siapa saja, ada juga e-book yang memudahkan dalam pencarian data tapi membutuhkan ruang penyimpanan digital yang besar juga (big data).
Selain teknologi, kemampuan bahasa asing harus dilatih karena daya saing tidak lagi secara lokal tapi sudah internasional, dan gagap teknologi bukanlah sesuatu yang akan dimaklumi dimasa yang akan datang, karena kita dituntut untuk terus belajar dan belajar. Berikut ini adalah hal-hal yang harus disiapkan para generasi muda untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang :
1.       Expertise in field of study
2.       Commmunication skills
3.       Technology skills
4.       Critical thinking
5.       Enderstanding of international issues
6.       Foreign language fluency
7.       Environmental dan social issues
8.       Overall job readiness
Dengan terus mengasah kemampuan berbahasa dan belajar teknologi, akan membuat kita mampu bertahan untuk menghadapi persaingan secara global. Ditambah dengan terus membaca berita uptodate, dan berpikir kritis tentu akan menjadi nilai plus kita untuk masuk kedunia kerja.
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, kita sebagai mahasiswa administrasi perkantoran juga harus memiliki 5 dasar sifat mahasiswa unggul agar dapat bersaing dengan mahasiswa lain dari segala penjuru dunia. 5 dasar itu diantaranya adalah :
1.       Daya tahan (resilience) di tengah ketidakpastian, iklim persaingan, dan berbagai guncangan dalam perekonomian, benturan kebudayaan, serta adanya disruptive innovation, maka mahasiswa harus memiliki kemampuan untuk bertahan hidup, survival, tidak mudah menyerah dan frustrasi menghadapi berbagai keadaan.
2.       Adaptivity. Mahasiswa harus mampu melakukan adaptasi atau menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik di level domestik maupun internasional, sehingga tidak teralienasi dan terpinggirkan dalam kehidupan. Membiasakan mahasiswa dengan hal-hal baru dan memberikan tantangan baru dalam soal ujian akan mendorong daya adaptasi mereka.
3.       Integrity. Mahasiswa harus memegang teguh integritas pribadi dan profesional, seperti kejujuran, toleransi, gotong-royong, tolong-menolong, Perguruan tinggi dan mahasiswa dituntut untuk aktif mempersiapkan diri menghadapi perubahan lingkungan.mematuhi kaidah ilmiah, dan profesional. Kebijakan memberikan sanksi yang tegas untuk setiap pelanggaran aturan dan penegakan hukum dengan tegas akan menjadikan mahasiswa menjadi pribadi berintegritas. Salah satu contoh, hukuman mencontek tidak hanya membuat satu mata kuliah tidak lulus, tetapi seluruh mata kuliah yang diambil dalam satu semester; hukuman ini akan memberi efek jera terhadap mahasiswa.
4.       Competency. Mahasiswa harus memiliki kompetensi dan kualifikasi dalam bidang yang digeluti serta mampu memahami perkembangan bidang lain sehingga tidak berpandangan sempit. Kebijakan memberikan keleluasaan/mewajibkan mahasiswa mengambil mata kuliah di bidang lain merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi bidang dan pengetahuan lintas bidang.
5.       Continuous improvement. Mahasiswa harus menjadi pembelajar sejati untuk terus melakukan perbaikan dalam bidang yang  ditekuni.
Tantangan distruptive ini bukan hanya menjadi enyerang untuk kaum mahasiswa akan tetapi bagi dosen, universitas, masyarakat pada umumnya maupun pemerintah.
Karena kemenristek mentargetkan 11 Perguruan Tinggi di Indonesia yang telah ditunjuk agar menjadi World Class University, maka hal ini juga merupakan tantangan bagi dosen. Karena dosen-dosen di Indonesia dinilai kurang mampu mneghasilkan publikasi jurnal international dengan high impact factor. Dengan adanya kemajuan dibidang teknologi ini diharapkan Dosen ammpu meminimalisir waktu mengajarnya kemudian digunakan untuk penelitian. Karena ketidakmajuan dari Perguruan Tinggi di Indonesia ini salah satu faktor yang melatarbelakanginya adalah Pendidikan di Indonesia ini berupa pengajaran bukan penelitian.
Ada lagi faktor yang menjadikan masyarakat indonesia ini terus saja stuck dibawah karena tidak menerapkan multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin khususnya dalam belajar. Selain itu, tidak menerapkan Liberal arts education atau general education yaitu, menanamkan sikap tidak mudah menyerah dalam menghadapi perubahan distruptif, dan menekankan adanya ide baru atau inovasi untuk mengubah aturan dunia serta tidak mengkotak-kotakkan ras manusia. Karena ilmu adalah hak bagi seluruh manusia.